Posted in LA LA LA THINGS

Another Random Thoughts

Om Swastiastu

Disclaimer : this post may content toxic post: regreting, blaming and many negative thoughts.

Jadi insomnia kali ini terjadi setelah saya membaca salah satu buku parenting. Nyesel kenapa baru baca sekarang setelah terjadi berbagai hal.

Pikiran mulai random dan berkelana ke periode Past-tense. Seandainya kala itu sata lebih berani bicara. Seandainya waktu itu saya tidak terlalu tenggelam dalam ‘keputus asaan’, seandainya waktu itu saya tidak kabur dari masalah dengan ‘bekerja’, dan banyak what if, what if yang ngga berguna sama sekali untuk saat ini.

Rasa itu kembali terulang. Rasa ‘gagal menjadi seorang ibu’. Gagal melindungi anak dari apa yang sebenarnya kurang baik untuk tumbuh kembangnya. Gagal mengusahakan yang terbaik dan lebih memilih menyerah ikut arus, demi menghindari konfrontasi dan konflik-konflik. Berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja ke depannya, ternyata tidak selalu tepat setelah yang terjadi adalah kondisi yang tidak baik-baik saja.

Apakah saya hanya belum bisa melihat sebuah gambaran besar? Pelajaran apa yang bisa dipetik?

Posted in LA LA LA THINGS, mindfulness journey, Self Reflection

Random Thoughts

Om Swastiastu, good day good people

Semakin tua, rasanya Tuhan terlalu percaya bahwa saya orang yang kuat. Semakin berumur, Ia semakin gencar mengajari bahwa:

Apa yang Kuberikan mungkin bukan yang kau inginkan, tapi apa yang pasti kau butuhkan

Apa yang terjadi di hidupmu adalah sesuatu yang Kuijinkan terjadi demi kebaikanmu

Jika saya melangkah dengan dua pemahaman itu, maka saya tidak berhak merasa sedih, menyesal, marah atau emosi-emosi negatif lainnya atas kehidupan. Seperti sekolah, semakin tinggi kelasnya, ujiannya semakin kompleks. Semua ujian sebenarnya cobaan yang diulang-ulang agar kita manusia menjadi sabar, ikhlas, bersyukur dan tidak berputus asa.

Dan dari semua itu, inti pelajaran utamanya : penerimaan.

With love

Posted in LA LA LA THINGS, Momlife

Your Mother is a NiMiho

Om swastyastu, good day good people

Entah sudah berapa purnama yang telah saya lewati sejak postingan terakhir di blog ini. Lebih dari 365 hari telah berlalu tanpa satu pun tulisan baru. Dan selama lebih dari 52 minggu, saya telah berevolusi dari mamak ekor satu menjadi mamak berekor dua. Coba tebak, apa beda spec mama ekor satu dengan ekor dua selain jumlah ekornya?

Kalau kita mau berkata tentang segala problematika mengurus anak, waktu 24 jam rasanya tidak akan pernah cukup. Apalagi di masa si sulung mulai mengalami badai emosi. Kehadiran anggota baru yang menyita sebagian besar perhatian Mamanya, bisa menjadi sumbu dari setiap letupan emosinya. Momen yang paling menguras kesabaran adalah ketika keduanya perlu diperhatikan. Ingin rasanya Mamak punya kemampuan membelah diri seperti amuba atau menguasai ilmu kagebunshin no jutsu punya Naruto. Kadang merasa bersalah ketika salah satu harus mengalah.

Duo sister kesayangan mama

Balada lainnya tentu saja ketika masa cuti Mamak berakhir. Mamak harus kembali ke kahyangan RS, melakukan mata pencaharian demi menyambung ilmu, kehidupan dan mendukung roda perekonomian negara tentunya. Dilema para working Mom: ga rela ninggal anak, tapi kalau ga kerja, takutnya kita yang ga sehat secara mental. Kadang envy ya sama nanny nya anak-anak. Padahal sama lelah, sama stressnya, tapi kalau nanny yang ngurus anak-anak 6 jam aja dapat bayaran, tapi kalau kita di rumah yang bahkan 24 jam, siapa yang mau bayar coba? Wkwkw. Mungkin, itulah alasan kenapa surga diletakkan di telapak kaki seorang ibu; karena ibu tulus dalam mengasuh dan merawat anaknya meski tanpa balasan.

With kakak
Kopipastenya mama

Terlepas dari segala dilema menjadi mama ekor dua, masa-masa ini kelak tidak akan bisa terulang lagi. Rumah yang biasanya riuh oleh tangis dan ocehan mereka kelak akan ditinggal pergi. I love you putri putri Mama.

Posted in LA LA LA THINGS, mindfulness journey, Self Reflection, STORY-OPINION

MIND-SOMNIA

Om swastyastu, good day good people

Selamat hari raya Nyepi dan Selamat Tahun Baru Caka bagi umat sedharma
🙏😄

Satu tahun Caka sudah berlalu dan sudah dua kali kita tidak menyaksikan pawai ogoh-ogoh. Kan yang bikin Nyepi itu berkesan adalah pawai ogoh-ogohnya, ya kan? #Plakkk *ditampar guru agama dengan filosopi perenunangan makna Nyepi.

Jadi, apakah saya melakukan puasa selama Nyepi? Jawabannya adalah tidak sodara-sodara. #Plakkkk *tamparan kedua karena tidak memberi panutan yang baik. Jangan ditiru, harap dimaklumi bumil busui yang sedang menjalankan amanah mengemban calon penerus bangsa

Awal tahun baru yang dimulai dengan melaksanakan lagi tugas jaga di RS, saya merasa sangat berterima kasih atas bantuan teman-teman sejawat bidan dan perawat yang mendukung kelancaran tugas saya, atas bantuan beberapa konsulen dan TS Dokter yang meringankan beban kerja saya. Pagi yang terasa sedikit mendung karena misua harus kembali ke medan perangnya, menjadi sedikit cerah dan hangat karena banyak bantuan yang saya terima dari banyak orang. Mungkin, ketika ada hal yang membuat hari sedikit tak nyaman, kita hanya perlu menahan diri untuk tidak bereaksi negatif atas hal itu. Tetap tenang, tidak terbawa perasaan, bersikap sedikit realistis dan logis serta menyelami maksud kejadian/orang dengan lebih dalam bahwa kita sama tak sempurna dan tak berhak menjudge, mungkin bisa mengubah sedikit vibrasi-vibrasi di sekitar kita untuk jadi lebih positif.

Dan.. ternyata bukan hanya lagu/musik saja yang bisa menghalau insomnia, mensyukuri hal-hal baik di suatu hari, dan merasa hangat atas kebaikan Tuhan dan semesta (bila perlu menuliskannya), juga bisa menimbulkan kantuk untuk segala pikiran dan rasa yang bergejolak.

Namaste, om shanti shanti shanti om.